Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim menyebut pihaknya tidak menginginkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi permanen. Dia menyebut banyak pihak yang salah mengartikan PJJ yang disebutnya bakal permanen beberapa waktu lalu.
"Bukannya akan ada kebijakan dari Kemendikbud yang memaksakan PJJ. Kita ini sebenarnya tidak menginginkan PJJ. Kami ingin semua anak kembali ke dalam kelas dan belajar tatap muka," kata Nadiem dalam live Instagram bertema 'Reformasi Pendidikan Mas Menteri di Masa Pandemi' dengan @tempodotco, Sabtu 11 Juli 2020.
Nadiem menjelaskan, yang dimaksud dengan PJJ permanen saat itu ialah tren dunia pendidikan yang didigitalisasi. Menurutnya, konsep belajar memanfaatkan teknologi sudah menjadi tren global.
"Permanen ini adalah tren global dalam dunia pendidikan. Bukan Kemendikbud akan implementasi PJJ permanaen. Itu salah kaprah. Maksud Saya sekolah-sekolah menggunakan elemen teknologi yang dia pelajari saat krisis PJJ, itu yang Saya maksudkan," lanjutnya.
Artinya, sambung Nadiem, guru harus bisa beradaptasi selagi PJJ diberlakukan. Sehingga guru memiliki kemampuan teknologi yang baik.
Di saat guru sudah memiliki kemampuan berteknologi, maka interaksi guru dan siswa bisa lebih dinamis. Teknologi bisa menjadi penunjang pendidikan di kemudian hari.
"Jadi akan ada interaksi lain yang menggunakan platform tertentu. Adaptasi teknologinya yang menjadi percikan yang menginspirasi guru dalam menggunakan teknoologi," pungkas Nadiem.
"Bukannya akan ada kebijakan dari Kemendikbud yang memaksakan PJJ. Kita ini sebenarnya tidak menginginkan PJJ. Kami ingin semua anak kembali ke dalam kelas dan belajar tatap muka," kata Nadiem dalam live Instagram bertema 'Reformasi Pendidikan Mas Menteri di Masa Pandemi' dengan @tempodotco, Sabtu 11 Juli 2020.
Nadiem menjelaskan, yang dimaksud dengan PJJ permanen saat itu ialah tren dunia pendidikan yang didigitalisasi. Menurutnya, konsep belajar memanfaatkan teknologi sudah menjadi tren global.
"Permanen ini adalah tren global dalam dunia pendidikan. Bukan Kemendikbud akan implementasi PJJ permanaen. Itu salah kaprah. Maksud Saya sekolah-sekolah menggunakan elemen teknologi yang dia pelajari saat krisis PJJ, itu yang Saya maksudkan," lanjutnya.
Artinya, sambung Nadiem, guru harus bisa beradaptasi selagi PJJ diberlakukan. Sehingga guru memiliki kemampuan teknologi yang baik.
Di saat guru sudah memiliki kemampuan berteknologi, maka interaksi guru dan siswa bisa lebih dinamis. Teknologi bisa menjadi penunjang pendidikan di kemudian hari.
"Jadi akan ada interaksi lain yang menggunakan platform tertentu. Adaptasi teknologinya yang menjadi percikan yang menginspirasi guru dalam menggunakan teknoologi," pungkas Nadiem.
Sementara itu Plt. Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Perburukan Kemendikbud, Totok Suprayitno menyebut PJJ permanen dimaksudkan untuk menghidupkan semangat berteknologi. Menurutnya teknologi sangat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.
"Nanti kalau sudah normal, ayokita pakai teknologi. Ini positif kok, dan report UNESCO juga mengatakan teknologi sangat membantu kualitas pembelajaran. Mumpung dipercepat karena pandemi, pas normal tetap digunakan," kata Totok.
Baca juga:Nadiem: Pembelajaran Jarak Jauh akan Permanen
Dengan begitu metode blanded learning bakal digencarkan. Satuan pendidikan harus mampu beradaptasi dengan teknologi sebagai kultur baru proses belajar.
"Itu yang sebenarnya untuk belajar, membuat kultur belajar efektif. Itu harusnya diatur untuk terjadi menjadi sesuatu yang baik," ujar Totok.
Lebih lanjut pihaknya bakal membuat regulasi 'PJJ permanen' tesebut. Dengan begitu pembelajaran dipercaya akan lebih kreatif dan inovatif.
"Akan kita mulai dengan pengenalan konsep, bagaimana yang berlebihan agar diperpendek. Materi yang tidak esensial itu tidak perlu, supaya tidak menambah beban. Perubahan prinsip tentang belajar yang bermakna. Itu hubungannya dengan jangan sekadar menuntaskan kurikulum, tapi belajar dengan penuh kedalaman," pungkas Totok.
Panduan Bantuan Dana Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Tahun 2020, klik DISINI
"Nanti kalau sudah normal, ayokita pakai teknologi. Ini positif kok, dan report UNESCO juga mengatakan teknologi sangat membantu kualitas pembelajaran. Mumpung dipercepat karena pandemi, pas normal tetap digunakan," kata Totok.
Baca juga:Nadiem: Pembelajaran Jarak Jauh akan Permanen
Dengan begitu metode blanded learning bakal digencarkan. Satuan pendidikan harus mampu beradaptasi dengan teknologi sebagai kultur baru proses belajar.
"Itu yang sebenarnya untuk belajar, membuat kultur belajar efektif. Itu harusnya diatur untuk terjadi menjadi sesuatu yang baik," ujar Totok.
Lebih lanjut pihaknya bakal membuat regulasi 'PJJ permanen' tesebut. Dengan begitu pembelajaran dipercaya akan lebih kreatif dan inovatif.
"Akan kita mulai dengan pengenalan konsep, bagaimana yang berlebihan agar diperpendek. Materi yang tidak esensial itu tidak perlu, supaya tidak menambah beban. Perubahan prinsip tentang belajar yang bermakna. Itu hubungannya dengan jangan sekadar menuntaskan kurikulum, tapi belajar dengan penuh kedalaman," pungkas Totok.
Panduan Bantuan Dana Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Tahun 2020, klik DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar